Rabu, 06 Februari 2019

BAB 5 Buku Saifuddin Ibrahim Dialog Kristen Islam Saifuddin Ibrahim vs Insan Mokoginta Tauhid atau Syirik

Bab Lima
Tauhid atau Syirik
Tauhid artinya adalah mengesakan Allah dalam sifatNya, dalam menyembahNya, dan dalam
segala sesuatu anasir mengimaniNya. laa ilaha illal lah, tidak ada Tuhan selain
Allah.
 
    , laa haula wa laa quwwat illa bil lahi, tidak ada kekuatan selain
Allah.
Tapi ternyata banyak keterangan Al-Qur'an yang sangat bertentangan dengan ajaran Tauhid
Alkitab. Allah dalam Alkitab adalah Esa tanpa tedeng aling-aling. Berikut adalah hal² yang
 bertentangan dengan TAUHID.
Pertama: Sujud kepada Adam
Allah itu Esa dalam Perkataan, Perbuatan, dan KetetapanNya. Maka Esa pula sifat² Allah. Sejak
kanak² ajaran ini sangat saya banggakan. Inilah doktrin yang mengagumkan sekali dan
fantastik untuk dipertahankan. Al-Qur'an menuduh bahwa orang Yahudi mengatakan Uzair

anak Allah (tidak ada keterangan seperti itu dalam Alkitab) dan orang Kristen mengatakan
Yesus anak Allah. Jadi kemurnian ketauhidan dalam ajaran Yahudi dan Kristen telah tercemari
dengan pendapat ini. Saya belajar pada fakultas perbandingan agama². Saya menelusuri agama
Hindu, Budha, Konghucu, Shinto, bahkan juga aliran kepercayaan. Semuanya saya perhatikan
dengan baik. Namun tidak ada yang membuat saya bangga kecuali ajaran Tauhid dalam Islam.
Apa yang saya banggakan selama ini menjadi hancur berkeping-keping setelah saya menelaah
isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Saya juga belajar ulang Al-Qur'an dengan lebih giat lagi
daripada sebelumnya. Ketiga anak saya beri nama: Fikri Khomeini, Saddam Husain, Mu'ammar
Kadafi. Saya benci dengan orang Kristen. Saya mau jadikan ketiga anak saya ini teroris² besar
untuk membunuh semua orang Kristen. Tulisan² saya yang tersebat di majalah² dan koran²
Islam bisa dibaca, betapa saya bangga dengan Islam. Tapi saya lalu berbalik arah, melakukan
metanoia. Saya tobat tersungkur di bawah Islam. Saya telah disalibkan bersama Kristus. Bagiku
hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.
Ada satu kisah aneh dalam Al-Qur'an tatkala Allah memerintah kepada semua malaikat untuk
sujud kepada Adam. Saya tidak tahu bagaimana kisah ini bisa muncul dalam Al-Qur'an
sebagai Firman Allah. Kisah ini juga tidak ada sababun nuzulnya (sebab² turunnya ayat). Jika
kita telusuri dalam Alkitab, tidak akan ditemukan malaikat sujud kepada Adam. Tapi dalam
Al-Qur'an jelas Allah memerintahkan kepada malaikat untuk sujud kepada Adam. Kata² sujud
di ayat ini bukan kiasan, tapi benar² sujud. Semua ayat yang berkaitan dengan perintah Allah
untuk sujud kepada Adam menggunakan kata sebenarnya, tidak bisa dikiaskan, atau sujud
dalam pengertian lain. Sungguh hal ini amat fatal, bertentangan dengan Tauhid.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui” (QS 2:30).
 Jika kita mengikui tauhid murni, saya akan setuju dengan Iblis. Siapapun tidak boleh sujud
kepada Adam karena dia manusia. Kita hanya sujud kepada Allah. Ini sangat bertentangan
dengan Alkitab.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian
Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun
 bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah
yang menghalangimu untuk bersujud di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya
lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”
(QS 7:11-12). Iblis menyombongkan diri sehingga dia tidak akan pernah masuk surga.
Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-
orang yang kafir” (QS. 2: 34).
Tapi pada ayat² yang lain akan kita temukan betapa kontradiksinya kisah Iblis itu karena ALlah
hanya menyuruh untuk menyembah Allah semata. Muhammad pernah bersabda, "Kalau saja
manusia boleh sujud kepada manusia, aku perintahkan kepada wanita untuk sujud kepada
suaminya." Allah dalam Islam koq tidak sepintar Muhammad? Pengertian sujud lebih spesifik
dan total daripada sekedar kata sembah. Sujud berarti tunduk sampai kepala di tanah.
----------------
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku
akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini hasan.” Diriwayatkan pula
oleh Abu Dawud dan lafadznya:
           
sumber: HR. At-Tirmidzi no. 1159 dan Ibnu Majah no. 1853, kata Al-Imam Al-Albani t dalam
Shahih Sunan At-Tirmidzi, “Hasan Shahih.
“…niscaya aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suami mereka dikarenakan
kewajiban-kewajiban sebagai istri yang Allah bebankan atas mereka.”5
Dalam Al-Musnad dari Anas z bahwasanya Nabi n bersabda:
                         
                                 
   ◌  
sumber: HR. Abu Dawud no. 2140, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Sunan Abi
Dawud.

“Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya
pantas/boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku perintahkan
istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Zat
yang jiwaku berada di tangannya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut
suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri
menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum purna menunaikan
hak suaminya.”
sumber: HR. Ahmad (3/159), dishahihkan Al-Haitsami (4/9), Al-Mundziri (3/55), dan Abu
Nu’aim dalam Ad-Dala’il (137). Lihat catatan kaki Musnad Al-Imam Ahmad (10/513), cet. Darul
Hadits, Al-Qahirah.
Dalam Al-Musnad dan Sunan Ibni Majah, dari Aisyah x dari Nabi n, beliau bersabda:
                         
               
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain
niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Seandainya seorang
suami memerintahkan istrinya untuk pindah dari gunung merah menuju gunung hitam dan
dari gunung hitam menuju gunung merah maka si istri harus melakukannya.”
sumber: HR. Ahmad (6/76) dan Ibnu Majah no. 1852, didhaifkan Al-Imam Al-Albani t dalam
Dha’if Sunan Ibni Majah.
------------
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (QS 17:23). Dan
 juga ayat "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah
Aku saja" (QS 29:56). "Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari
kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?" (QS 46:5).
Dalam agama mana saja tidak pernah Tuhan memerintahkan makhluk menyembah kepada
makhluk. Tidak pernah Tuhan membuat perintah untuk sujud kepada ciptaanNya. Terlebih lagi
ada perintah khusus kepada semua makhluk untuk hanya sujud kepada Allah saja.
"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang
melata di bumi dan para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri" (QS 16:49). Ayat
yang memerintahkan malaikat sujud kepada Adam bertentangan secara diametral dengan sifat
Allah yang Esa, Kudus, dan Suci. Allah memerintahkan hanya kepada Dialah para makhluk
 bersujud, termasuk malaikat juga harus sujud hanya kepada Allah.
Dosen tafsir saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Dia diam seribu bahasa. Saya memang
mahasiswa yang kritis. Skripsi saya berjudul Kedudukan Wanita Menurut Islam dan Kristen.
Karena pendapat saya tidak sesuai dengan ajaran Muhammadiyah, skripsi itu harus dikoreksi total. Saya tidak mau koreksi. Saya tetap dengan pendapat saya. Tidak lulus juga tidak apa.
Sebulan saya biarkan saja , tapi akhirnya dosen saya menyerah dan saya pun lulus. Karena jika
tidak lulus, maka biaya studi harus ditanggung Muhammadiyah satu tahun lagi, dan
pengabdian saja juga tertunda.
Perintah Allah untuk sujud kepada Adam adalah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Al-
Qur'an dalam menjaga Tauhid. Apakah mungkin karena terlalu banyak topik pembahasan
sehingga Muhammad tidak menguasai apa y ang telah diturunkan kepadanya? Terlebih lagi,
masalah sujud kepada Adam ini tidak selaras dengan Alkitab. Tidak masuk akal.
Kedua: Mencium Hajaral Aswad
Tidak ada ulama Islam yang mampu memberikan jawaban memuaskan kalau ditanya: kenapa
orang Islam kalau naik haji harus mencium batu hitam? Semua Muslim sewaktu thawaf
 berlomba-lomba untuk mencium batu hitam itu.
Dalam Islam, ritual² atas nama Allah ada hubungannya dengan pemujaan berhala yang telah
 berjalan sebelum Muhammad. Praktek menyembah berhala hijrah sekali setahun di Ka'bah,
puasa Ramadhan, lari keliling Ka'bah 7 kali, mencium batu hitam, mencukur rambut,
menyembelih kambing, lari antara bukit Safa dan Marwa, sholat 5 waktu menghadap Ka'bah,
semuanya diikuti secara ketat oleh Muslim. Semua ibadah haji sudah dipraktekkan oleh orang
Arab purba.
Ibadah semacam ini tidak dikenal dalam agama Yahudi dan Kristen. Semua bentuk ibadah
dalam kepercayaan Yahudi dan Kristen sudah mapan gerakan, bacaan, dan waktunya sejak
ribuan tahun sebelumnya. Karena itu tidak perlu ada nabi baru dan ajaran baru. Setelah
Perjanjian Baru ada, tidak diperlukan lagi syariat yang baru.
Mencium batu hitam adalah salah satu amal yang merusak kemurnian Tauhid. Ini adalah syirik
yang amat buruk. Tidak ada bentuk ibadah dalam kepercayaan Yahudi dan Kristen yang
mencium batu hitam.
Hal ini dilakukan hanya karena ingin mengikuti perbuatan Muhammad mencium batu itu, lain
tidak. Umar bin Khattab berkata, "Kalau bukan karena Muhammad mencium batu hitam, saya
tidak akan mencium kamu." Ini adalah ucapan Umar yang sangat terkenal.
Sewaktu masih SMA di Bima, saya mempunyai seorang guru Kemuhammadiyaan bernama
Abdul Qadir. Beliau mengatakan bahwa jika seseorang mempunyai cincin batu dan lalu
 beranggapan batu itu memiliki khasiat, maka itu adalah perbuatan syirik. Bagaimana dengan
Muhammad? Muhammad tidak bisa mengendalikan ajarannya sendiri.
Mencium hajaral aswad adalah ittiba' rasul atau mengikuti rasul. Umar bin Khattab juga tidak
 bisa menjawab mengapa harus mencium batu hitam. Tapi jika hal ini ditanyakan kepada ulama
Islam zaman sekarang, maka mereka pasti mempunyai jawaban yang 'masuk akal.' Bahasa
dalam Alkitab itu indah dan mudah dimengerti, tidak kaku seperti idiom² yang dipakai dalam
Al-Qur'an. Jika ada pertanyaan² dalam memahami Al-Qur'an maka semua harus tunggu
 jawaban dari kiai. Tidak begitu dengan Alkitab yang bisa dimengerti langsung oleh orang
awam. Hal ini karena ada Roh Kudus yang menuntun umatnya untuk mengerti. Bahasa Alkitab
itu sederhana, praktis, dan mudah dimengerti. Kalau ada kata sujud kepadamu, maka kata² ini
 berarti takluk atau tunduk dan tidak perlu sujud sampai jidah kita menghitam atau kapalan.
Hal ini karena kegiatan menyembah dilakukan dalam roh dan kebenaran dan bukan
menyembah Allah dalam bentuk kegiatan fisik. Syamsul Arifin Nababan begitu rajinnya
 bersholat sampai dahinya menjadi hitam. Allah itu adalah ROH, maka harus disembah dalam
roh dan kebenaran.
Sebelum Islam datang, terdapat 360 berhala yang menjadi sesembahan kaum Quraish di sekitar
Ka'bah. Hajaral Aswad adalah salah satu berhala yang dipuja sebelum jaman Islam. Tahun ke-9
Hijriyah, Muhammad mampu kembali ke Mekkah sebagai pemimpin baru. Dia lalu
menghancurkan semua berhala, akan tetapi Hajaral Aswad, batu hitam yang terletak di pojok
Ka'bah, selamat dan tidak dihancurkan.
Nama Allah tidak disebut saat Al-Qur'an pertama kali turun. Surat pertama yakni Al-Alaq tidak
mengenal nama Allah, dan hanya disebutkan Rabb adalah Tuhan. Setelah surat pertama turun,
Waraqah bin Naufal meninggal dan wahyu berhenti untuk sementara. Baru setelah itu nama
Allah muncul dan dikenal dalam ayat² selanjutnya.
Siapakah sebenarnya Allah SWT? Bagaimanakah sejarahnya? Kita berhutang budi pada
arkeolog² Nabatean, naskah² autoratif Ibrani Perjanjian Lama dan sejarawan² Arab. Ba'al adalah
dewa sesembahan bangsa Moab.
Dalam perjalanan ke Suriah, Khuza'ah dan Jurhum meminta penduduk Moab untuk
memberikan salah satu patung dewa sesembahan mereka. Maka bangas itu memberikan
patung Hubal yang lalu diletakkan di dalam Ka'bah. Keterangan tentang Ba'al bisa kita baca
dalam Hakim² 10:6 sebagai berikut: "Orang Israel itu melakukan pula apa yang jahat di mata
TUHAN; mereka beribadah kepada para Baal dan para Asytoret, kepada para allah orang
Aram, para allah orang Sidon, para allah orang Moab, para allah bani Amon dan para allah
orang Filistin, tetapi TUHAN ditinggalkan mereka dan kepada Dia mereka tidak beribadah."
Hakim² 2:11 menyatakan "Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan
mereka beribadah kepada para Baal." Lalu ayat 13 : "Demikianlah mereka meninggalkan
TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret." Hakim² 3:7 menyatakan "Orang Israel
melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan
 beribadah kepada para Baal dan para Asyera."
Selanjutnya Hakim² 6:25 menyatakan "Pada malam itu juga TUHAN berfirman kepadanya:
"Ambillah seekor lembu jantan kepunyaan ayahmu, yakni lembu jantan yang kedua, berumur
tujuh tahun, runtuhkanlah mezbah Baal kepunyaan ayahmu dan tebanglah tiang berhala yang
di dekatnya."

Hubal adalah nama Arab untuk Ba'al.
Ka'bah adalah tempat persemayan Hubal, dewa Arab purba tertinggi dan sesembahan utama
masyarakat Quraish. Menurut legenda, sekembalinya Qusayy dari perjalanan ke Syria, ia
membawa tiga dewi sesembahan ke Hijaz (Mekkah) yaitu Al-Lat, Al-Uzza, Al-Manat, juga
memahkotai dewa Hubal dalam Ka'bah.
Hubal adalah dewa sesembahan penduduk Mekah yang ditempatkan di dalam Ka'bah.
Khuza'ah dan Jurhum membawa Ba'al sekembalinya mereka dari Syria dan memahkotainya di
Ka'bah sebagai dewa utama Mekkah. (Martin Lings, hal. 5).
Ba'a dalam dialek Arab adalah Hubal atau Huwa Baal yang artinya adalah Dia Baal.
Allah SWT, Evolusi Akhir
Muhammad menghancurkan pemujaan bagi Al-Lat, Al-Uzza, dan Al-Manat, namun berhenti
menyerang sekte pemuja Hubal. Ahli sejarah Islam Julius Wellhausen menduga bahwa Hubal
adalah tak lain daripada Allah, dewa masyarakat Mekah.
Dewi Al-Lat diasosiasikan dengan matahari. Ritual Islam lari dari Arafat ke Muzdalifah dan
dari Muzdalifah ke Mina harus selesai setelah matahari terbenam dan sebelum terbit. Ini
diinstruksikan oleh Muhammad, seperti ritual Arab Jahiliyah sebelum Islam. Pemujaan bulan
 juga dilakukan dengan nama² Hilal (= bulan baru), atau bulan sabit, clurit kata orang Madura,
Qamar (= bulan purnama).
Islam meminjam nama Allah dari suku Arab purba. Nama ini bervariasi di kalangan berbagai
suku Nabatean. Pada akhirnya nama itu diaplikasikan kepada satu sesembahan yang adalah
'satu²nya' dan 'yang utama'.
Konsep Allah sebagai terminologi Arab untuk Tuhan yang Maha Tinggi sudah familiar dalam
masyarakat Arab di masa Muhammad. Yang dilakukan Muhammad adalah memberikan
makna baru untuk membersihkannya dari atribut politheisme (H.A.R. Gibb, Mohammedanism:
An Historical Survey, hal. 5). Jadi Allah sudah ada sebelum Islam. Allah sudah dikenal jauh
sebelum Muhammad. Ayahnya Muhammad bernama Abdullah ( Abdullah) yang
 berarti Hamba Allah atau Budak Allah.
Pemerintah Malaysia melarang orang Kristen menggunakan nama Allah dalam ibadah mereka.
Sekarang juga di Indonesia sudah ada sinyal untuk melarang umat Kristen memakai nama
Allah. Hal ini karena orang Islam menganggap Allah adalah Tuhannya mereka saja. Syirik
hukumnya jika menduakan Allah dengan dewa lain. Mengapa Pemerintah ikut campur?
Terserah orang mau memberi nama siapa yang disembahnya!
Pada musim haji wada' di kala thawaf Muhammad mencium batu hitam di pojok Ka'bah. Guru
tauhid saya mengajarkan bahwa punya cincin dan menganggapya berkhasiat atau berpamor
 bagi pemakainya saja sudah termasuk syirik, apalagi mencium Hajaral Aswad. Apakah
mencium Hajaral Aswad bukan syirik?
Ketiga: Percaya Muhammad Naik Buraq
Dalam kisah Isra' dan Mi'raj, Muhammad naik buraq dari masjidil Haram di Mekah ke masjidil
Aqsha di Palestina. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Sya'ban, tahun 12 Kenabian. Buraq
adalah kendaraan kuda berkepala perempuan yang amat cantik.
Mengapa kendaraan kuda itu berkepala wanita yang cantik? Jawabannya adalah karena
Muhammad menyukai wanita, bahkan hidupnya dikelilingi oleh istri² yang cantik dan molek.
Muhammad hanya menikah dengan wanita tua yaitu Khadijah, janda usia 40 tahun. Setelah
Khadijah meninggal, Muhammad menikah dengan janda² muda. Aisyah adalah satu²nya
istrinya yang perawan. Dia dinikahi Muhammad sewaktu berusia 6 tahun dan ditiduri saat usia
9 tahun, kira² kelas 2 SD.
Percaya kepada cerita kuda berkepala wanita adalah bentuk lain dari syirik kepada Allah.
Cerita takhayul ini bertentangan dengan ajaran Tauhid. Tauhid adalah satu ajaran utama yang
dijaga sejak awal Islam. Tapi mengapa Muhammad menceritakan dia naik kendaraan kuda
 berkepala perempuan?
Semua ulama sepakat akan kebenaran kisah buraq yakni kuda berkepala wanita yang
dikendarai Muhammad bersama Jibril dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Tidak ada pertentangan
pendapat akan hal ini. Yang dipertentangkan hanyalah bilamana buraq digambarkan. Kaum
Muslimin pasti menuduh orang² Yahudilah yang membuat gambar itu. Muslim selalu saja
menuduh bahwa kaum Yahudi dan Nasrani membenci kaum Muslimin dan ini merupakan
alasan klasik.
Dahulu di rumah² orang Islam selalu dipasang gambar buraq Nabi Muhammad. Tapi sekarang
mereka malu hati untuk menjual atau memasang gambar buraq di rumah² mereka.
Keempat: Jin Menerima Wahyu
Hal yang aneh dalam Al-Qur'an adalah bahwa jin menerima wahyu dari Allah bahwa golongan
 jin juga memiliki rasul dan nabi. Tidak ada kisah dalam Alkitab bahwa bangsa jin, setan,
kuntilanak mendapatkan wahyu. Jin dan sebangsanya adalah musuh Allah. Dalam kitab²
Taurat, Zabur, dan Injil tidak pernah ditemukan satu ayatpun tentang jin menerima wahyu.
Mari kita baca ayatnya: "Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-
rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi
peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi
atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir" (QS 6:130).
 Jika saudara pernah membaca Alkitab, maka bisa dipastikan bahwa saudara tidak akan pernah
menemukan ada Firman Allah yang dipercayakan kepada jin. Orang Yahudi dan Kristen
 bukanlah orang² naif yang bisa percaya begitu saja pada sebuah kitab suci yang berkompromi
dengan bangsa jin.
Diceritakan dalam Al-Qur'an bahwa ketika Muhammad berdiri untuk sholat, "Dan bahwasanya
tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja
 jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya" (QS 72:19). Jika jin ada yang beriman kepada
Allah, mengapa mereka hanya mengerumuni saja? Mengapa tidak ikut sholat berjemaah
dengan Muhammad?
Ketika Muhammad membaca Al-Qur'an, serombongan jin datang kepadanya. "Dan ketika Kami
hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka
menghadiri pembacaan lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”.
Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab yang telah
diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin
kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang
menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-
dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih" (QS 46:29-31). Alkitab mengatakan
 bahwa bangsa jin tidak akan diampuni dosa²nya.
 Jin tahu bahwa dia pasti diseret ke jahannam, dan itu tidak perlu dijelaskan Al-Qur'an lagi.
"Dan mereka adakan nasab antara Allah dan antara jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui
 bahwa mereka benar-benar akan diseret" (QS 37:159).
Dari zaman Adam sampai zaman Yahya, baru Muhammad sajalah Nabi yang bercerita bahwa
 jin menerima wahyu. Apakah Allah lupa dengan segala yang difirmankanNya kepada nabi²
yang terdahulu? Bahkan dalam Al-Qur'an, surat ke 71 dinamakan Al-Jin. Percaya bahwa Jin
menerima wahyu adalah kebodohan iman.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar