Bab Sembilan
Perkawinan-Perkawinan Muhammad
Perkawinan Muhammad adalah hal yang paling meragukan dari perihal kenabiannya, apalagi
jika dibandingkan dengan sejarah para nabi terdahulu. Bahkan jika dilihat dari syariat yang
ditetapkan oleh Islam sendiri, perkawinan Muhammad sangat kontroversial. Tapi Muhammad
mempunyai hak khusus sebagai Nabi. Ada ayat yang diturunkan di mana Allah melindungi
agar posisi Muhammad tetap eksis. Satu ayat yang sangat terkenal dalam memberikan
kekebalan hukum tersendiri kepada Muhammad adalah:
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu
berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu
peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan anak-anak perempuan dari
saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-
anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara
perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mu'min yang
menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan
bagimu , bukan untuk semua orang mu'min. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang
Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki
supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" (QS 33:50).
Kata² yang saya tebalkan adalah hak khusus Nabi, dan bukan untuk mu'min yang lain. Jadi
ayat ini memberikan kekebalan yang hanya berlaku sekali saja karena Muhammad adalah Nabi
terakhir. Kasus Eyang Subur yang ketahuan mempunyai istri sembilan orang menjadi berita
nasional. Majelis Ulama Indonesia (MUI) memerintahkannya untuk menceraikan lima istri,
sehingga tersisa empat, karena hanya Muhammad saja yang berhak untuk mempunyai istri
lebih dari empat. Dalam Al-Qur'an tertulis bahwa Muslim hanya boleh mempunyai empat istri
saja. Tentu saja istri² yang diceraikan Eyang Subur menangis. MUI pura² tidak tahu kalau Raja
Arab Saudi, Abdul Aziz mempunyai 12 istri dan 30 anak. Mengapa Eyang Subur yang hanya
mempunyai sembilan istri saja disuruh menceraikan lima orang istrinya? Mengapa Insan
Mokoginta tidak membela Eyang Subur?
Banyak kasus perkawinan Muhammad yang membuat Allah ikut campur tangan, mengurus
dan membelanya, meskipun hal itu bertentangan dengan hukum Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, bahkan hukum dalam Al-Qur'an. Allah dalam Alkitab tidak pernah direpotkan
oleh nabi²Nya dengan urusan membela perkara seperti Allah dalam Al-Qur'an yang membela
Muhammad habis²an. Ini merupakan hal yang sangat ironis yang bisa disimak jika Anda
membaca dengan teliti. Kaum Muslim lalu menjawab bahwa nabi Sulaiman mempunyai 1000
istri dan gundik. Salomo atau Sulaiman menurut Alkitab bukan Nabi tapi Raja. Pada waktu itu
belum ada larangan poligami. Al-Qur'an tidak tahu kategori, mana nabi, mana raja. Daud
adalah Raja. Ibrahim juga istrinya tiga, tapi orang Islam hanya tahu istri Ibrahim dua orang.
Orang Yahudi dan Nasrani menampik Al-Qur'an mentah², "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu
tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil,
dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada
kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih terhadap orang-orang kafir itu."
Dalam bab ini saya akan mengutip sembilan kasus perkawinan Muhammad untuk dikaji lewat
kacamata logika atau iman atau nurani. Muhammad menikah pertama kali sewaktu umur 25
tahun dengan Khadija binti Khuwalid. Khadija adalah seorang janda kaya raya bekas istri
seorang Kristen. Usia Khadija adalah 40 tahun.
1. Aisyah binti Abu Bakar Assidiq
Semua ahli sejarah Islam sepakat bahwa Muhammad langsung menikah setelah Khadija
meninggal. Mereka juga menyepakati bahwa Khaulah binti Hakim Al-Silmiya bertanya kepada
Muhammad: "Apakah engkau ingin menikahi seorang perawan atau janda?" Khaulah berkata
lagi: "Yang perawan adalah Aisyah dan yang bukan perawan adalah Saudah binti Zam'a;
ambillah siapapun yang engkau inginkan." Sang Nabi menjawab, "Saya akan menikahi
keduanya. Katakan kepada mereka." Khaulah melakukannya dengan baik. Muhammad
menikahi Aisyah pada umur 6 tahun dan tidur sebagai suami istri pada umur 9 tahun. Di
manakah ada aturan pada zaman ini seorang umur 52 tahun menikah dengan anak umur 6
tahun? Bagaimana dengan Syeikh Puji yang menikah dengan perawan umur 12 tahun di
Semarang? Bukankah dia meneladani Nabi? Kok malah dilarang dan dimasukkan penjara?
Aneh tapi nyata.
Ulama Muslim membenarkan perkawinan itu: "Allah menuntun dia dalam pernikahan² itu."
Kita membutuhkan sebuah jawaban yang datang dari hati nurani dan kebenaran, dan bukan
dari fanatisme buta, rasa malu, ketakutan, atau harga diri sekalipun. Saudara saya yang
bernama Ali Al-Atas bersedia masuk Islam lagi kalau ada saudara Mulsim yang bersedia
memberikan anak perempuannya yang berumur 6 tahun untuk dinikahinya, seperti yang
disunnahkan oleh Muhammad. Sekarang dia ada di Bali setelah dibacok oleh teroris di Jakarta.
Di usianya yang 18 tahun, Aisyah menjadi janda. Nasibnya sangat mengenaskan karena dalam
usia semuda itu dia tidak boleh menikah lagi. Semua janda Muhammad dilarang menikah lagi.
2. Zainab binti Jahsy
Pernikahan keempat ini berbau mesum karena tanpa wali dan saksi sebagai syarat syahnya
sebuah pernikahan. Sebagaimana alasan ulama Muslimin, perkawinan ini adalah untuk
menguatkan pertalian dan kesukuan. Coba tanyakan kepada diri Anda sendiri adakah
hubungan perkawinan dengan kenabian?
Khadijah, istri pertama Muhammad, membeli seorang budak yang lalu dihadiahkan kepada
suaminya untuk melayaninya. Namun setelah mendapatkan panggilan kenabian, Muhammad
mengadopsi budak itu sebagai anak dan dia bersumpah di depan umum: "Dia mewarisiku, dan
aku mewarisinya." Setelah itu Zaid dikenal dengan nama Zaid bin Muhammad. Muhammad
lalu menikahkannya dengan Zainab binti Jahsy.
Suatu hari, Muhammad pergi mengunjungi Zaid. Ketika dia memasuki rumah Zaid, ternyata
Zaid sedang tidak ada di rumah. Muhammad melihat Zainab sedang setengah bugil di balik
tirai, namun dia takut untuk masuk. Sebelum pergi, ia berkata kepada Zainab: subhanal lah yaa
muqallibal quluub, terpujilah Allah yang menggoncangkan hati. Zainab senang dengan
kunjungan itu dan memberitahu suaminya. Zaid langsung menemui ayah angkatnya, dan
berkata: "Apakah engkau menginginkan aku menceraikannya untukmu?" Muhammad
menjawab: "Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah." Pada awalnya ini
merupakan sikap mulia ayahnya. Tapi lain di mulut, lain di hati. Sebagaimana yang ditulis oleh
sejarawan Islam bernama Az-Zamakhsayari: "Penampilan luar Muhammad berbeda dengan
yang ada di dalam hatinya." Karena sebenarnya Muhammad jatuh cinta pada Zainab, tapi dia
ragu untuk mengambil istri anak angkatnya. Tapi Allah malahan memarahi Muhammad yang
ragu untuk mengawini Zainab. Turunlah ayat, "Dan ketika kamu berkata kepada orang yang
Allah telah melimpahkan ni'mat kepadanya dan kamu telah memberi ni'mat kepadanya:
"Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di
dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang
Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan
terhadap istrinya, Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang
mu'min untuk istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi."
Justru Allah yang menginginkan wanita itu untuk meninggalkan suaminya, meninggalkan
semua moralitas kesatriaan, agar Muhammad mendapatkannya. Mengapa Allah berubah
pikiran semudah itu? Penulis buku Hayatu Muhammad, Haikal, membantah cerita ini sebagai
rekayasa kaum missionaris dan peneliti Barat untuk menjatuhkan Islam dan Nabinya. Tapi Dr.
Bint Ashati berkata: "Orang-orang tersebut mengisahkan cerita ini sebelum dunia
mendengarkan Perang Salib, penginjilan, dan missionaris Barat. ... Mengapa kita harus
menyangkal bahwa sang Rasul adalah manusia yang melihat Zainab dan mengaguminya ...
Muhammad tidak pernah menyatakan dirinya sempurna, tanpa nafsu manusia." Kisah ini fakta
dan bukan rekayasa missionaris atau rekayasa saya atau penginjil. Zainab sendiri bercerita
tentang perkawinannya dengan Muhammad: "Setelah bercerai, langsung dan lihatlah, Rasul
Allah memasuki rumah saya saat saya sedang tidak berjilbab dan saya bertanya kepadanya,
"Apakah akan seperti ini tanpa wali dan saksi?" Dia menjawab kepada saya: "Allah adalah
walinya dan Jibril adalah saksinya." Jika ada pernikahan seperti ini, nikah apa namanya?
Akitab jawaban Muhammad ini, Zainab menyombongkan diri di depan istri² Nabi yang lain.
Katanya, "Ayah²mu yang memberikan kamu dalam pernikahan, namun untuk saya, Langitlah
yang memberikan saya dalam pernikahan dengan Rasul Allah." Al-Halabia mencatat dalam
bukunya, "Jika Muhammad bernafsu atas wanita yang sudah menikah, menjadi keharusan bagi
suaminya untuk menceraikannya baginya (Muhammad)." Sementara ada Nabi lain yang datang
sebelum Muhammad dengan kekudusanNya berkata: "Kamu telah mendengar firman: Jangan
berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Matius 5:27,28).
3. Safiyah binti Huyay
Safiyah adalah istri kepala suku Yahudi Khaibar. Di tahun 7 Hijriyah, Muhammad (60 tahun)
melakukan serangan terhadap Khaibar. Kaum Muslimin mendapat banyak rampasan, banyak
yang tewas, dan wanita² Yahudi dijadikan tawanan. Safiyah, suaminya (Kinana) dan ayahnya juga ditawan. Muhammad memerintahkan ayahnya dibunuh. Kinana akan dibebaskan jikalau
dia bersedia menunjukkan Kanzun yaitu tempat penyimpanan harta bawah tanah. Setelah dia
memberitahukan harta emas permata, Muhammad ingkar janji dan memerintahkan Kinana
dibunuh, lalu dia menikahi istrinya (Safiyah). Ummu Salamah memuji kecantikan Safiyah:
"Saya tidak pernah melihat dalam hidup saya wanita yang lebih cantik daripada Safiyah."
Ketika Muhammad menikahinya, Safiyah baru berumur 17 tahun, dan masih dalam bulan
pertama pernikahannya dengan Kinana. Tiga tahun kemudian, Safiyah menjadi janda untuk
keduakalinya. Tapi kali ini dia tidak diperbolehkan kawin lagi. Inikah model perkawinan yang
disunahkan Nabi? Apakah Muslim masih juga mengimani bahwa pernikahan ini bertujuan
memperkuat ikatan Islam dengan suku² lain? Ataukah karena Nabi berbelas kasihan kepada
janda²? Muhammad tidak pernah mewahyukan Firman Allah yang ini: "Janganlah mengingini
rumah sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu." Ayat ini
adalah dari kitab Keluaran 20:17.
4. Juwairiyah binti Al-Haritsa
Juwairiyah berumur 20 tahun saat bertemu dengan Muhammad. Aisyah sebagai ibu para
mukmin berkata: "Ketika Rasul Allah membagi-bagikan tawanan dari Mustaliq, Juwairiyah
diberikan kepada Tsabit bin Qais. Aisyah cemburu berat dan berkata: "Tidak seorang pun yang
melihatnya yang tidak mengaguminya. Dia masih berusia duapuluh tahunan. Ketika saya
melihat dari pintu rumah saya, saya sangat benci. Karena saya yakin Rasul Allah melihat dalam
dirinya, apa yang saya lihat dari kecantikannya."
5. Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah wanita cantik yang dikawini Muhammad. Lagi² Aisyah menjadi tumbal
kesedihan perkawinannya. Aisyah berkisah: "Ketika Rasul Allah menikahi Ummu Salamah,
saya terpuruk dalam kesedihan yang dalam saat dia membicarakan kecantikannya. Namun
ketiksa saya melihatnya, saya melihat apa yang dia gambarkan."
Ummu Salamah adalah anak perempuan dari saudara perempuan Utsman bin Affan, Kalifah
ketiga dari Muhammad. Ketika Muhammad melihat Ummu Salamah untuk pertama kalinya di
rumah Utsman, dia lalu menginginkannya. Esok harinya Muhammad memerintahkan
suaminya Gassan bin Mughirah untuk membawa bendera di garis depan pertempuran. Dia
melakukannya dan dia tewas dalam pertempuran itu. Sehari setelah itu, Muhammad menikah
dengan Ummu Salamah. Begitulah cara kisah bagaimana Ummu Salamah menjadi istrinya.
Aneh benar kehidupan sang Nabi ini. Sungguh ajaib bilamana semua perkawinannya atas
perintah Allah demi agama yang diturunkannya. Lebih ganjil lagi bilamana ulama Muslim
mengatakan itu adalah belas kasihan sang Nabi kepada para janda pejuang Islam. Tuhan
macam apakah yang tidak mempunyai pekerjaan lain selain memastikan kepuasan seks
Nabinya? Tuhan macam apakah yang memastikan seorang suami dibunuh, atau seorang istri
diceraikan agar sang Nabi mendapatkan wanita yang diincarnya? Tuhan saya ada di atas segala
kompromi seks, di atas segala kelicikan dan rekayasa pembunuhan manusia atas nama agama. Mari saudaraku, kita berpikir jujur. Merataplah atas kesalahan sejarah ini. Tidak mungkin Allah
merestui rekayasa mengirim seorang suami di garis depatn pertempuran, tapi ini adalah
instruksi sang Nabi Islam. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Daud ketika melihat
Betseba sedang mandi telanjang dari atas sotoh rumahnya. Daud lalu memanggil Betseba dan
berzina dengannya. Ternyata Betseba adalah istri Uria. Untuk melancarkan niat memuaskan
nafsu seksnya, Daud mengirim pesan kepada anak buahnya untuk menempatkan Uria di garis
depan pertempuran dan Uria pun mati. Tapi berbeda dengan Allah dalam Alkitab. Allah murka
kepada Daud yang bernafsu kepada istri orang lain. Walaupun Daud disayang Tuhan, tapi
Tuhan tidak membiarkan perselingkuhan terjadi begitu saja. Sebaliknya, Tuhan menegur dan
menghukum Daud dengan tegas. Ancaman Tuhan berkumandang di seluruh Israel.
"Setelah itu TUHAN mengutus Nabi Natan menemui Daud. Natan pergi kepadanya dan
berkata, "Ada dua orang yang tinggal dalam satu kota; yang seorang kaya dan yang seorang
lagi miskin. Si kaya mempunyai banyak ternak dan domba, sedang si miskin hanya mempunyai
seekor anak domba, yang dibelinya. Anak domba itu dipeliharanya sampai menjadi besar
dalam rumahnya bersama-sama dengan anak-anaknya. Anak domba itu diberi makan dari
makanan orang itu, malahan minum dari cangkirnya, dan tidur dalam pangkuannya; pendek
kata, dibuatnya seperti anak perempuannya sendiri. Pada suatu hari si kaya kedatangan tamu.
Si kaya tidak mau memotong domba atau lembunya sendiri supaya dimasak untuk tamunya.
Tetapi ia mengambil anak domba si miskin itu, lalu dimasaknya untuk tamunya." Mendengar
itu Daud menjadi sangat marah karena perbuatan si kaya itu dan ia berkata, "Kejam sekali
orang kaya itu! Demi TUHAN yang hidup, orang itu harus mengganti anak domba itu empat
kali lipat dan ia harus dihukum mati!" Kata Natan kepada Daud, "Bagindalah orang itu! Dan
inilah yang dikatakan TUHAN, Allah Israel, 'Engkau sudah Kuangkat menjadi raja atas Israel
dan Kuselamatkan dari Saul. Kerajaan Saul dan istri-istrinya telah Kuberikan kepadamu,
bahkan engkau Kuangkat menjadi raja atas Israel dan Yehuda. Seandainya itu belum cukup,
pasti akan Kuberikan lagi kepadamu sebanyak itu. Mengapa engkau tidak mempedulikan
perintah-perintah-Ku? Mengapa kaulakukan kejahatan itu? Uria kausuruh bunuh dalam
pertempuran; kaubiarkan dia dibunuh oleh orang Amon, dan kauambil istrinya!" (2 Samuel
12:9-10).
Daud menangis dan meratap. "Basuhlah segala kejahatanku; bersihkanlah aku dari dosaku.
Sebab kuakui kesalahan-kesalahanku, dosaku selalu kuingat-ingat. Terhadap Engkau, terhadap
Engkau saja aku berdosa, dan kulakukan apa yang Kauanggap jahat. Maka pantaslah Engkau
menghukum aku, adillah keputusan-Mu. Ciptakanlah hati yang murni bagiku, ya Allah,
perbaruilah batinku dengan semangat yang tabah" (Mazmur 51:2-6,12)
Hukuman kepada Daud adalah pedang tidak pernah menyingkir dari keturunannya. Apakah
saudaraku Muslim tidak menyadari bahwa Muhammad dan keturunannya tidak pernah jauh
dari pedang? Anaknya, cucu² kesayangannya Muhammad, Hasan dan Husain mati ditusuk
pedang di Karbala. Pengganti Muhammad kemudian yakni Umar, Utsman, Ali semuanya
berujung mati pada pedang. Bahkan Aisyah ummul mukminin, ibu para Muslimin, menjadi
panglima perang Jamal, di mana banyak penghafal Al-Qur'an tewas berlumur darah. Apakah
saudara Muslim tidak sadar dengan teguran Tuhan kepada keturunan sang Nabi itu? Mustikah
teguran itu berlangsung sampai Tuhan datang untuk keduakalinya? Sampai kiamat pedang akan terus menaungi keturunan Muhammad dan pengikutnya. Mesir hancur, Irak berantakan,
Libya porak poranda, Syria kacau balau, ISIS mengganas. ISIS akan menyerbu Arab Saudi
karena sumber duit dari minyak dan haji yang ada di situ! Apakah saudara Muslim belum
sadar dengan keadaan dunia karena sebuah arajan dan kitab sucinya? Apakah saudara Muslim
tidak bertanya apakah kontribusi Islam bagi dunia selain TERORISME?
6. Saudah binti Zam'a
Saudah merupakan satu²nya istri Nabi yang tidak cantik. Banyak ahli sejarah mengatakan dia
memiliki pribadi nan elok dan inner beauty. Namun Muhammad terkejut setelah mengetahui
bahwa Saudah tidak cantik di malam perkawinan. Muhammad marah kepada Khaulah. Ibnu
Hajjar Al-Asqalani menjelaskan kisahnya: "Khaulah, untuk memperbaiki kesalahannya, ia
menawarkan dirinya kepada dia (Muhammad), dan dia hidup bersamanya sebagai suami dan
istri, dan itu hanya terjadi setelah dua bulan perkawinannya dengan Saudah." Dr. Bint Al-Shati
menulis: "Ketika suatu malam dengan Saudah di mana dia akan tidur dengannya, Muhammad
memberitahu keputusannya untuk menceraikannya. Saudah terkejut mendengar hal ini dan
merasa seolah-olah rumahnya roboh menimpa dirinya. Dia memohon kepadanya, "Tolong,
simpan aku, wahai Rasul Allah." Muhammad menjawab: "Dengan satu syarat, bahwa kamu
memberikan jatah malam-malammu kepada Aisyah." Daripada menghabiskan malam-malam
dengan Saudah, dia memilih menghabiskan dengan Aisyah ditambah dengan malam jatah
untuk Aisyah sendiri. Saudah sepakat, dan berkata: "Mulai sekarang, saya tidak mengingini apa
yang disukai oleh seorang wanita, karena memberikan jatah malam saya kepada Aisyah."
Akibatnya, Muhammad menyimpannya sebagai seorang istri tapi tidak lagi dikunjungi."
Secara fisik dia bernasib malang, namun dia memiliki jiwa, karakter, dan moral yang baik.
Tetapi bagi sang Nabi, soal karakter, keelokan jiwa, dan keindahan sifat tidak menjadi syarat.
Dia malah mengancam akan menceraikan Saudah, jika jatuh malamnya tidak diberikan kepada
Aisyah.
7. Ummu Habibah
Sebelum menikah dengan Nabi, Ummu Habibah adalah istri dari Ubaidillah bin Jahsy.
Ubaidillah adalah anak dari bibi Muhammad sendiri, dan sekaligus saudara kandung dari
Zainab yang dikawini Muhammad seminggu sebelumnya. Ternyata Ubaidillah menantang
Muhammad dengan berkata kepadanya: "Engkau bukanlah seorang Nabi ataupun Rasul Allah.
Berhentilah berkata demikian. Saya mengimani Al-Masih karena Dia adalah KEBENARAN,
tetapi engkau adalah orang yang mementingkan diri sendiri. Maka ada ayat Al-Qur'an yang
menceritakan perkataan Ubaidillah ini: "Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang
yang dijadikan Rasul”. Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan
antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab” (QS 13:43). Ubaidillah dipaksa pergi dan
Muhammad menikahi istrinya. Ummu Habibah adalah wanita yang cantik dan saat itu dia baru
berusia 23 tahun. Ubaidillah mengembara ke Syria dan menurunkan anak² yang menjadi
Hamba Tuhan.
8. Maryam Qibtiyah
Nama asli Maryam adalah Maria, dan dia adalah seorang wanita Kristen dari Mesir. Amur bin
Al-Ash membawa sebuah surat dari Muhammad kepada Muqauqis, sang penguasa Mesir.
Surat itu memerintahkannya untuk memeluk Islam. Muqauqis mengetahui benar kelemahan
Muhammad. Untuk menghindari resiko menolak Islam, dia memberi Muhammad hadiah
berupa dua orang perempuan kakak beradik yang sangat cantik. Jika bukan karena Al-Qur'an
yang melarang menikahi dua orang perempuan bersaudara, dan juga teguran dari mertuanya
yakni Umar bin Khattab, maka Muhammad tentu akan mengawini kedua perempuan itu.
Muhammad sudah cukup puas dengan Maria, dan dia terus mengunjunginya dan
menghabiskan waktu siang dan malam tanpa bosan. Suatu kali dia ingin bertemu dengan Maria
di rumah Hafsah. Saat itu Hafsah sedang tidak ada di rumahnya. Ketika Hafsah tiba² pulang,
dia menemukan Muhammad sedang berhubungan intim dengan Maria di tempat tidurnya
sendiri. Dia berkata kepada suaminya: "Di dalam rumahku, dan di atas tempat tidurku dan
pada hari giliranku engkau tidur dengan budakku ..." Muhammad yang menerima wahyu Allah
berkata: "Rahasiakanlah dan jangan berkata kepada siapapun. Jangan katakan kepada Aisyah,
karena dia sangat takut kepada Aisyah. Lihat QS 66:2-3. Dia lalu berjanji kepada Hafsah: "Saya
tidak akan menyentuh Maryam lagi. Dan saya nyatakan kepadamu dan ayahmu serta ayah
Aisyah bahwa mereka berdua akan memimpin bangsaku setelah aku. Saya tinggalkan hal ini
kepada mereka." Tetapi Hafsah memberitahu Aisyah dan akibatnya Muhammad menceraikan
Hafsah.
Ketikah mendengar kabar mengenai perceraian Muhammad dan Hafsah, Umar (ayah dari
Hafsah) sangat marah dan nyaris meninggalkan Islam. Ketika Muhammad tahu reaksi Umar,
dia mengambil kembali Hafsah dengan sebuah perintah dari 'Jibril' yang berkata kepadanya:
"Hafsah akan menjadi istrimu pada hari pengangkatan." Apakah begini sikap Nabi besar? Yang
besar karena dapat menyelamatkan semua konflik kawin-mawin yang dia ulahi sendiri? Seperti
biasa, turunlah ayat pembelaan dari Allah karena Muhammad terlanjur mengharamkan dirinya
berhubungan intim dengan Maryam. "Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang
Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS 66:1)
Allah belum puas dengan itu, sehingga Dia menegur Hafsah dan Aisyah lewat ayat: "Jika kamu
berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk
menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka
sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin
yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika Nabi
menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang
lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang
mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan" (QS 66:4,5). Jadi
Muhammad memerlukan Firman dari Allah untuk melawan dua istrinya, sekaligus membunuh
karakter mereka. Dan Allah berjanji untuk menukar mereka dengan istri baru yang perawan
atau janda. Allah menyerahkan diriNya, Jibril dan seluruh orang beriman untuk membela sang
Nabi.
Banyak sekali keganjilan mengenai kehidupan Nabi, tapi lebih ganjil lagi jika melihat umat
Islam tetap berjalan dan beriman setelah membaca realitas kehidupan Nabi Arab. Saya yakin
bahwa tuhan dengan kualitas seperti itu bukanlah Tuhan. Ini tak lain adalah jebakan yang
saling menipu dari atas ke bawah, dari Muhammad ke sahabat²nya.
Dalam kenyataannya, banyak Muslim terpelajar yang tahu persis sejarah hidup Muhammad
tetapi terperangkap dalam retorika, pidato, ceramah, teror, intimidasi dan ketakutan yang
meliputi seluruh hidup mereka. Kematian adalah hukuman bagi mereka yang meninggalkan
Islam. Sejarah mencatat bahwa Abu Bakar, pengganti Muhammad, memerintahkan sepuluh
ribu orang dibunuh dalam waktu tiga hari karena mereka meninggalkan Islam.
9. Maimunah binti Al-Harits
Kisah Maimunah merupakan kisah terakhir dari rentetan kisah yang menyakiti hati wanita
manapun.Saya sudah banyak mempelajari tentang Muhammad, baik ketika masih Islam
maupun setelah menjadi pengikut Yesus. Sosok Muhammad jadi bertambah jelas terlebih lagi
setelah membandingkan ajaran Al-Qur'an dan Alkitab. Kisah Maimunah memperjelas bahwa
Muhammad mempunyai aturan tersendiri bagi dirinya, dan hukum pengharaman bagi
umatnya tidak berlaku bagi dirinya. Kaum Muslimin tahu bahwa haram hukumnya untuk
menikah pada musim haji. Aturan ini sudah berlaku sejak zaman haji jahiliyah, namun
Muhammad menikahi Maimunah pada musim haji.
Suatu saat Maimunah berada di atas untanya. Ketika dia melihat Nabi, dia lalu menjatuhkan
dirinya di hadapan Muhammad dan berkata: "Onta dan apa saja yang ada di atasnya adalah
milik Nabi." Muhammad sempat mengingatkan Maimunah bahwa saat itu adalah musim haji,
namun Maimunah menjawab bahwa dia tidak mau menunggu lama.
Apakah mungkin bagi Muhammad untuk menahan diri sampai akhir musim haji? Pengalaman
sebelumnya membuktikan dua hal: (1) dia tidak dapat menolak kecantikan wanita, dan (2) dia
selalu tersedia solusi untuknya. Sore hari itu juga, sang Nabi berkata kepada Maimunah:
"Sebuah ayat diturunkan kepadaku. ... dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya
kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk
semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada
mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi
kesempitan bagimu" (QS 33:50). Selanjutnya, paman Muhammad yakni Al-Abbas meresmikan
perkawinan Muhammad hari itu juga.
Demikianlah urusan kawin-mawin yang dilakukan oleh sang Nabi Arab itu. Sekali lagi mari
kita renungkan kisah perkawinan Nabi dengan kepala dingin dan hati lebar. Saya persilakan
saudara untuk melakukan penelitian sejarah dan menyelidiki buku² hadis dan sejarah
Muhammad. Dengan luasnya ilmu pengetahuan, pengaruh media, dan canggihnya teknologi
internet, maka penelitian tentang Islam bisa dilakukan dengan mudah. Saya berharap tulisan ini
keliru, tetapi saya mengumpulkan data tulisan dari referensi yang tidak keliru. Dan ini bukan
kelirumulogi. Akhirnya...
Kebenaran akan berbicara tentang dirinya sendiri. Dan kebenaran adakan memerdekakan.
Sebelum saya tutup bab ini, ada pertanyaan yang lebih penting: Mengapa orang Islam tidak
tahu cerita² ini? Jawabannya: semua ulama Islam tahu, tapi sengaja menutup cerita² ini rapat²
kepada umat. Tidak ada khotbah atau seminar yang boleh membahas perkawinan Nabi.
Saifudin Ibrahim
(Buku Saifudin Ibrahim vs Insan Mokoginta)
Bab 9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar