Rabu, 06 Februari 2019

Buku Saifuddin Ibrahim Dialog Kristen Islam Saifuddin Ibrahim vs Insan Mokoginta Bab 2 Penurunan Wahyu

Bab Dua
Penurunan Wahyu

Setelah menjadi pemeluk Kristen, saya menyelidiki secara seksama bagaimana malaikat bergaul
dengan para utusan Allah dalam Alkitab. Saya melihat perbedaan jauh akan sifat dan karakter
malaikat di Alkitab dengan malaikat yang diceritakan dalam Islam. Pertanyaan yang mendasar
dalam bab ini adalah:
BENARKAH AL-QUR'AN ITU FIRMAN ALLAH? Pertanyaan ini juga
 bisa dibalik agar seimbang melihat masalahnya: BENARKAH ALKITAB ITU FIRMAN ALLAH?
Al-Qur'an hanya berisi caci-maki terhadap orang Yahudi dan Nasrani dan hal ini tidak pernah
dilakukan oleh nabi² dalam Alkitab. Benarkah ini wahyu Allah?
Dalam kitab Shahih Bukhari bab Wahyu Turun, diriwayatkan demikian: Dari Aisyah Ummul
Mu'minin. Katanya Harits bin Hisyam RA. bertanya kepada Rasulullah SAW, bagaimana
caranya wahyu turun kepada Anda? Jawab Rasulullah SAW, "Kadang² wahyu itu turun datang
kepadaku seperti bunyi lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti,
lantas aku mengerti kata²nya. Kadang² malaikat menjelma seperti seorang laki² datang
kepadaku. Dia berbicara kepadaku dan aku mengerti apa yang dikatakannya." Kata Aisyah RA,
"Aku pernah melihat nabi, ketika wahyu turun kepada beliau pada suatu hari yang amat
dingin. Setelah wahyu itu berhenti turun, kelihatan dahi nabi bersimbah peluh."
"Dari Aisyah Ummul Mu'minin, katanya: "Wahyu yang mula² turun kepada Rasulullah SAW
ialah berupa mimpi baik waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau,
seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke Gua
Hira. Di situ beliau beribadat beberapa malam, tidak pulang ke rumah istrinya. Untuk itu beliau
membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah,
untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga
suatu ketika datang kepadanya Al-Haq (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua
Hira." Malaikat datang kepadanya lalu katanya, "Bacalah!"
 Jawab nabi, "Aku tidak pandai membaca."
Kata nabi selanjutnya menceritakan, "Aku ditarik dan dicekiknya sehingga aku kepayahan.
Kemudia aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca."
"Bacalah!" katanya.
 Jawabku, "Aku tidak pandai membaca."
Aku ditarik dan dicekiknya pula sampai aku kepayahan dan disuruhnya lagi membaca.
"Bacalah!" katanya.
Kujawab, "Aku tidak pandai membaca."
Aku ditarik dan dicekiknya untuk ketiga kalinya, kemudian dielpaskan seraya berkata: iqra'
 bismi rabbikalladzi khalaq, khalaqal insaan min 'alaq. Iqra' warabbukal akram! Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah!
Demi Tuhanmu yang Maha Mulia.
Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid, lalu berkata, "Selimuti aku!
Selimuti aku!"
Lantas diselimuti oleh Khadijah, hingga hilang rasa takutnya. Kata Nabi SAW kepada Khadijah
setelah diceritakan semua kejadian yang baru dialaminya, "Sesungguhnya aku cemas terhadap
diriku."
Kata Khadijah, "Jangan takut! Demi Allah! Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakan Anda.
Anda selalu menghubungkan tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara,
mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang
kesusahan karena menegakkan kebenaran."
Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul
Uzza, yaitu anak paman Khadijah, yang telah memeluk Nasrani (Kristen) pada masa jahiliyah.
Ia pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani. Maka disalinnya kitab Injil dari bahasa Ibrani
seberapa dikehendaki Allah yang dapat disalinnya. Usianya telah lanjut dan matanya telah
 buta.
Kata Khadijah kepada Waraqah, "Hai anak pamanku, dengarkanlah khabar dari anak
saudaramu (Muhammad) ini."
Kata Waraqah kepada Nabi, "Wahai anak saudaraku! Apakah yang telah terjadi atas diri
Anda?"
Lalu Rasulullah SAW menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya.
Waraqah berkata, "Inilah Namus yang pernah diutus Allah kepada Musa. Wahai, semoga saya
masih hidup ketika itu, yaitu saat Anda diusir oleh kaum Anda."
Maka bertanya Rasulullah SAW, "Apakah mereka akan mengusir aku?
 Jawab Waraqah, "Ya, betul! Belum pernah seorang jua pun yang diberi wahyu seperti Anda
yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih hidup, niscaya saya akan menolong Anda
sekuat-kuatnya."
Tidak berapa lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk
sementara waktu.
 Jika kita cermati proses pewahyuan Al-Qur'an, maka jelas sekali tampak perbedaannya dengan
Alkitab.
1. Muhammad 'mencari' Tuhan dan pergi ke Gua Hira dan bersemedhi di sana untuk beberapa waktu. Tidak begitu dengan nabi² dalam Alkitab yang dikunjungi langsung oleh malaikat dan
Tuhan sendiri yang lalu berbicara kepada mereka. Para nabi itu tidak perlu pergi mencari
Tuhan karena mereka adalah orang² pilihan Tuhan. "Bukan kamu yang memilih Aku, tapi Aku
yang memilih kamu" (Yohanes 15:16). "Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah
sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan"
(Kejadian 13:14).
2. 'Jibril' yang datang kepada Muhammad langsung mendekapnya dan menyuruhnya
membaca. Nabi berkata: maa ana bi qoori'in, saya tidak pandai membaca. Nabi sudah
menjawab bahwa dia tidak pandai membaca tapi masih saja tetap disuruh sampai tiga kali!
Malaikat aneh bin bingung! Malah didekapnya nabi sampai kepayahan. Malaikat macam apa
ini? Sudah tahu orang itu tidak bisa baca, tapi masih disuruh baca lagi. Apakah malaikat tidak
dengar? Kalau dalam Alkitab, malaikat selalu datang dengan menyampaikan salam, memberi
kabar keselamatan dan kedamaian serta memperkenalkan diri. Dengan demikian, tidak perlu
istri yang membenarkan kenabian kita, apalagi minta pendapat kepada pendeta Nasrani. Tapi
pengikut Muhammad di zaman akhir ini banyak membunuh pendeta. Mereka tidak bersyukur
kepada pendeta yang berjasa membenarkan 'kenabian' Muhammad. Ironis! Terlepas dari
pembelaan orang Islam bahwa nabi buta huruf sehingga mana mungkin dia membuat dan
mengarang Al-Qur'an, akan tetapi pembaca tahu bahwa Al-Qur'an itu dibacakan oleh
Muhammad lalu ditulis oleh penulis wahyu. Pembaca boleh menilai sendiri. Tidak ada sahabat
yang melihat ketika Jibril menyampaikan wahyu kepada Muhammad.
3. Setelah menerima wahyu, Muhammad sering merasa ketakutan sehingga dia sangat khawatir
akan keselamatan dirinya. Dia meminta istrinya untuk menyelimutinya. Zammiluny!
Zammiluny! Zammiluny! Lalu Khadijah menyelimutinya. Ini sangat berbeda dengan malaikat
yang datang kepada para nabi Bani Israel, yang setelah memperkenalkan diri dan
menyampaikan salam, biasanya berkata: "Jangan takut!" Contohnya seperti perkataan malaikat
kepada Hagar, "Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia
 berbaring" (Kejadian 21:17). Contoh lain adalah perkataan malaikat kepada Maria, "Jangan
takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah" (Lukas 1:31).
4. Pendeta Waraqah bin Naufal membenarkan bahwa Namus (malaikat) yang datang kepada
Muhammad adalah malaikat yang sama dengan yang datang kepada Musa. Nyatalah bahwa
pendeta tersebut tidak pernah membaca Alkitab yang mengatakan bahwa Firman Tuhan tidak
pernah dibacakan kepada bangsa manapun selain Bani Israel. Banyak ayat Alkitab yang
mengatakan bahwa Firman Tuhan tidak diturunkan kepada orang Mesir, Syria, atau Arab.
Waraqah adalah pendeta yang tidak mengenal Alkitab dengan benar. Muhammad seharusnya
tidak memerlukan seorang pendeta untuk membenarkan kenabiannya.
5. Orang yang menguatkan kenabian Muhammad adalah istrinya, Khadijah, dan bukan nabi
yang lain. Ini berbeda dengan semua nabi utusan Allah yang selalu disertai nabi yang lain.
Khadijah hanyalah seorang ibu rumah tangga, wanita awam, saudagar belaka. Di zaman
Muhammad tidak ada saksi dari nabi lain seperti lazimnya para nabi Bani Israel yang diutus.
Tuhan atau malaikat selalu memanggil nama orang itu, misalnya "Lalu TUHAN memanggil:
Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hambaMu ini mendengar!" (1Samuel 3:10). Karena Tuhan sendiri yang berbicara langsung kepada nabi pilihannya, maka Dia
selalu memanggil nama nabi tersebut. Seorang malaikat tidak mungkin datang pada seseorang
lalu menyuruh orang itu membaca dan lalu mencekiknya. Tidak ada manusia lain yang
menyaksikan seorang malaikat datang menyampaikan wahyu pertama kepada Muhammad.
Dan juga tiada Tuhan yang memanggil nama Muhammad. Ayat² Al-Qur'an tidak menyebut
nama Muhammad dan selalu saja memakai kata ganti orang ketiga yakni "dia" (Muhammad).
Hanya ada dua ayat yang jelas menyebut nama Muhammad. Hanya ada satu nama sahabatnya
yang disebut dalam Al-Qur'an yaitu Zaid bin Muhammad, anak angkatnya.
6. Semua nabi dalam Alkitab memperlihatkan tanda-tanda mukjizat dari Tuhan. Misalnya Musa
memperlihatkan tongkat berubah menjadi ular. Isa Almasih membuat burung dari tanah liat
yang setelah ditiupNya, burung itu bisa langsung terbang. Insan Mokoginta berkata, "Ingat
 bahwa mukjizat itu terjadi atas izin Allah." Hai Insan Mokoginta, kalau Muhammad itu nabi
Allah, mengapa Allah tidak mengizinkannya? Orang² Yahudi dan Nasrani memintanya agar
memperlihatkan mukjizat tapi selalu dijawab oleh Allah: "Dan mereka berkata: "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya suatu keterangan dari Tuhannya?" Maka katakanlah: "Sesungguhnya
yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu
termasuk orang² yang menunggu" (QS 10:20). Apakah ini jawaban dari Allah atau jawaban dari
Muhammad? Kalau dilihat dari susunan kalimatnya, ini pasti bukan jawaban dari Allah,
melainkan dari Muhammad. Jadi sampai hari ini kaum Muslimin sedang menunggu mukjizat
dari nabi Muhammad. Insan Mokoginta membela diri bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat
terbesar dari nabi Muhammad. Wah, ini adalah jawaban Abunawas karena Al-Qur'an
mengandung ratusan kesalahan sejarah dan cerita. Kalau tidak ada Alkitab, ulama Islam tidak
 bisa menyusun urutan nabi² berdasarkan waktu kedatangan mereka yang diceritakan dalam Al-
Qur'an. Hal ini karena Muhammad sendiri tidak tahu-menahu tentang urutan hidup para nabi
 berdasarkan zaman. Jika kita membaca Al-Qur'an, maka akan terlihat jelas sekali kekacauan
urutan penyebutan nabi-nabi. Andaikata Muhammad bisa membaca dan mempelajari Alkitab
dengan berbagai paradigmanya, tentu dia tidak akan melakukan kesalahan konyol yang
dituangkannya sebagai wahyu Allah. Semua yang saya katakan bisa dibuktikan dan bisa diuji
ulang oleh siapapun. Insan Mokoginta jangan tersinggung. Apakah Allah lupa dengan apa
yang disampaikan kepada nabi sebelum Muhammad? Al-Qur'an bukanlah mukjizat karena
kitab suci bukan termasuk kategori mukjizat.
Al-Qur'an yang kita lihat sekarang ini telah banyak diperbaiki oleh ulama Islam agar bisa
dibaca dan dieja oleh orang non-Arab. Syamsul Arifin Nababan merasa bangga karena mengira
Al-Qur'an adalah kitab suci yang paling murni karena tidak ada campur tangan manusia, Allah
sendiri yang menurunka, dan Allah sendiri yang menjaga Al-Qur'an dari penyelewengan.
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar²
memeliharanya" (QS 15:9). BAGAIMANA CARA MEMELIHARANYA? Ada satu surat yang
diturunkan oleh Allah yaitu Alwilayah yang tidak termasuk dalam Al-Qur'an kaum Sunni
sekarang. Surat ini dahulu disembunyikan oleh Ali bin Abi Thalib. Lalu terjadi perang saudara
yang hebat yang menyebabkan banyak penghafal Al-Qur'an meninggal dunia. Permusuhan
antara Sunni dan Syiah juga terjadi karena hal ini. Kedua cucu nabi yakni Hasan dan Husain
 juga mati di Karbala karena mempertahankan kebenaran Al-Qur'an. Mana yang benar, Pak Ustadz Syamsul Arifin Nababan? Al-Qur'an Syiah yang terdiri dari 115 surat atau Al-Qur'an
Sunni yang terdiri dari 114 surat? Pertanyaan ini tidak bisa dijawab, Pak! Sampai rontok jenggot
kita sekalipun, pertanyaan ini tetap tidak terjawab.
Inikah cara Allah memelihara Al-Qur'an? Melalui terbunuhnya cucu² kesayangan nabi? Nabi
memuji-muji Hasan dan Husain sebagai manusia surga, akan tetapi yang membunuh mereka
adalah kaum Sunni. Apakah kaum Sunni akan masuk neraka karenanya? Pedang tidak pernah
 berhenti menaungi keturunan Muhammad dan pengikutnya sampai sekarang. Negara² Arab
tidak pernah berhenti berperang melawan diri mereka sendiri sampai kiamat. Seperti yang
disabdakan oleh Yesus, "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa
menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Matius 26:52). Jika pak Insan adalah
gentelman, maka segeralah terima Yesus lagi.
Al-Qur'an yang ada sekarang adalah mash-haf Utsmani. Utsman bin Affan yang menggantikan
Umar bin Khattab, mengambil langkah untuk menghindarkan kekacauan umat Islam saat itu. Ia
menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia penulisan ulang Al-Qur'an. Utsman meminta
naskah milik Hafsah dan memerintahkan Zaid untuk menulis ulang Al-Qur'an dari naskah itu.
Setelah pekerjaan ini selesai dilaksanakan, Utsman mengambil keputusan drastis dengan
membakar semua naskah² Al-Qur'an yang ada di tangan sahabat² yang lain, termasuk yang
masih dalam bentuk asli yang ditulis pada daun², pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang
unta, tulang kambing. Berbagai tanda titik, baris, huruf vokal a, i, u, pada Al-Qur'an sekarang
adalah hasil karangan Abul Aswad Al-Duali. Lalu tambahan keterangannya itu disempurnakan
lagi oleh Nashri bin Ashim, lalu oleh Yahya bin Ya'mar dan seterusnya lagi sampai abad ke 2
Hijriyah.
Saya percaya, jika orang Islam membaca Alkitab, maka mereka akan menemukan
KEBENARAN. Setelah menemukan kebenaran, maka mereka akan merasa geli kalau membaca
Al-Qur'an lagi. Sekarang jika saya membaca Al-Qur'an, maka keterangannya terasa lucu dan
aneh. Banyak ayat² Al-Qur'an yang hanya meniru Alkitab, akan tetapi Allah lalu menuduh
Alkitab telah dipalsukan oleh pendeta². Kalau Allah itu Maha Tahu, mengapa tidak
menyebutkan nama pendeta kurang ajar yang telah memalsukan Alkitab? Mengapa Allah yang
Maha Tahu bersikap tidak mau tahu dengan tidak menyebutkan nama² pendeta durhaka yang
telah memalsukan Alkitab? Semua pendeta dalam agama Kristen memiliki nama. Al-Qur'an
telah menimbulkan rasa curiga besar pada dunia dengan ungkapan² dan tuduhan² yang tidak
 bisa ditelusuri, disenarai. Akibatnya, pendeta² Yahudi dan Kristen menjadi tertuduh selamanya.
 Jika Isa Almasih, Yesus Kristus datang kembali, Dia akan berkata: "Hai Pak Kiai, Al-Qur'an
yang ada di tanganmu itu bukan kata² Saya. Muhammad meminjam nama nabi² Alkitab lalu
mengarang seolah-olah nabi itu berkata bla-bla ... padahal nabi² itu tidak pernah berkata seperti
itu." Contoh kata² dan doa Nabi Nuh yang tidak ada dalam Alkitab: Nuh berkata: "Ya Tuhanku,
 janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara orang² kafir itu tinggal di atas bumi" (QS
70:26). Mana ada nabi Alkitab berdoa seperti itu? Ini hanya dongeng saja seperti yang dikatakan
oleh orang Yahudi kepada Muhammad sebagai berikut "Dongengan² orang² dahulu,
dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang" (QS 25:5) (doa Nabi Nuh ini dikutip oleh khotib di shalat Jum'at untuk memanaskan
hati jemaat agar mau menjadi sukarelawan ke Palestina).
Dalam naskah² Al-Qur'an itu juga masih kita dapati proses seleksi demi menjaga Persatuan
Umat Islam. Dulu ada naskah Al-Qur'an milik Ubay bin Ka'ab, ada naskah milik Ibnu Mas'ud,
ada naskah milik Ali bin Abi Thalib. Mengenai perbedaan²nya bisa dilihat contohnya dari teks
standar Surat Ali Imron, ayat 19 yang berbunyi       
Islam, yang artinya adalah sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanya Islam, tapi
dalam naskah Ibnu Mas'ud tertulis innad dina indal lahil hanafiyy yang artinya adalah
sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah yang lurus. Terlebih lagi, ada naskah
yang berkaitan dengan wasiat Nabi bahwa yang menggantikan beliau setelah wafat kelak
adalah Ali bin Abi Thalib. Surat Alwilayah dicari-cari untuk dimusnahkan tetapi lolos dari
sensor. Maka dari tiulah Al-Qur'an milik Syiah berjumlah 115 surat. Ada pula naskah Al-Qur'an
Ya'fur yang dibakar.
Orang Islam akan marah kalau ada seseorang yang mengatakan bahwa Al-Qur'an sudah
dipalsukan atau dibakar dan diinjak-injak. Bahkan ada 24 mahasiswa di Malang dipenjara
massal karena terdapat rekaman video mereka menginjak-injak Al-Qur'an. Tapi ada seorang
yang membakar Al-Qur'an dan naskah asli yang tidak dimarahi, malah dipuji-puji. Orang ini
adalah Utsman bin Affan. Saya sarankan kepada Anda untuk membuka buku² Islam, hadis
Bukhari dan Muslim, internet yang ditulis oleh orang Islam. Keterangan ini ada di situ!
Keterangan yang ditulis orang Kristen juga ada. Semuanya lengkap.
Dalam peristiwa pengumpulan Al-Qur'an, banyak naskah bersejarah dikumpulkan, bukan
untuk diperbaiki, melainkan dimusnahkan semuanya. Dalam sejarah Kristen, tidak pernah ada
yang mencoba menstandardkan menjadi hanya satu salinan Alkitab saja, lalu menghancurkan
yang lain. Alkitab Khatolik dan Alkitab Protestan tetap ada perbedaan. Bahkan Injil Barnabas
masih bisa ditemukan, walaupun Injil ini palsu. Injil Barnabas ditulis oleh Musthafa de Arande
atau Musthafa Al-Arnadi di abad ke-15 untuk memperkuat Islam.
Pertanyaan yang lalu timbul adalah: mengapa Utsman menstandardkan Al-Qur'an sehingga
hanya ada satu salinan saja yang dia anggap paling benar? Mengapa dia berani mengambil
keputusan dramatis dengan memusnahkan manuskrip yang lain? Mengapa tidak dibiarkan saja
agar menjadi bukti bahwa semua manuskrip itu tetap terjaga? Atau mengapa tidak disimpan
saja dalam Ka'bah?
 Jawabannya sudah jelas karena banyak pertentangan² dan perbedaan² yang muncul dalam
kalangan umat Muslim mengenai Al-Qur'an. Perbedaan dan pertentangan itu sangat serius
antara naskah yang satu dan yang lain sehingga semua naskah dikumpulkan bukan untuk
diperbaiki melainkan untuk dimusnahkan. Mengapa? Karena satu naskah saja sudah begitu
 banyak pertentangan, apalagi banyak naskah.
Setelah semua naskah dimusnahkan, tidak ada lagi naskah yang sesuai dan rinci seperti salinan
Qur'an yang dimiliki Hafsah, karena terbukti semua naskah Qur'an termasuk milik Ibnu
Mas'ud diperintahkan untuk dibakar habis. Padahal ketika Muhammad masih hidup, setiap tahun dia mengulangi lagi murtal Qur'an bersama Jibril dan Ibnu Mas'ud selalu hadir di situ
(sumber: kitab Tabaqat al-Kabir, vol. 2, hal. 441).
Muhammad bersabda: "Belajarlah Al-Qur'an dari empat orang ini: Abdullah bin Mas'ud, dia
mulai dari orang ini - Salim kawan Abu Hudzaifah, Muadz bin Jabbal, dan Ubay bin Ka'ab"
(Sahih Bukhari, vol. 5, hal. 96, 97; Sahih Muslim, vol. 4, hal 1313).
Setelah standardisasi Al-Qur'an dilakukan, buku itu masih ditarik kembali untuk diperbaiki
oleh Zaid bin Tsabit karena ada ayat yang hilang. Beliau berkata: "Sebuah ayat dari Surat Al-
Ahzab telah hilang oleh saya ketika menyalin Al-Qur'an, dan saya selalu mendengar Rasul
Allah menceritakannya. Jadi kami menyelidikinya dan menemukannya ada pada Khuzaimah
 bin Tsabit Al-Anshori.
Masih banyak bukti² Al-Qur'an pada masa² abad pertama Hijriyah yang bertentangan dengan
naskah yang lain. Bahkan yang lebih mengherankan adalah bahwa naskah² Qur'an kuno yang
dimiliki Salim, Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabbal, Ali bin Abu Thalib, Ibnu Mas'ud seling
 berbeda satu sama lain. Haleluyah!

1 komentar: